Minggu, 27 November 2011

KIAT MENJAGA LISAN


Tiada satu patah katapun yang kita ucapkan luput dari pendengaran  Allah.  Tiada satu patah katapun yang diucapkan kecuali pasti memakan  waktu.  Tiada satu patah katapun yang kita ucapkan kecuali dengan  sangat pasti harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.  Maka,  sebaik-baik dan seberuntung-beruntungnya manusia adalah orang yang  sangat mampu memperhitungkan dan memperhatikan setiap kata yang  diucapkannya.  Sungguh, alangkah sangat beruntungnya orang yang menahan  setiap kata-kata yang diucapkannya, alangkah sangat beruntungnya orang  yang menahan diri dari kesia-siaan berkata dan menggantinya dengan  berdzikir kepada Allah.
Berkata sia-sia membuang waktu sedangkan berpikir membuka pintu hikmah.   Maka, alangkah beruntungnya orang yang kuasa menahan lisannya dan menggantinya dengan berdzikir.  Berkata sia-sia mengundang bala, berdzikir kepada Allah mengundang rakhmat.  Rasulullah SAW bersabda, "Setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (tidak memberi manfaat), kecuali kata-kata berupa amar ma'ruf dan nahi munkar serta berdzikir kepada Allah azza wa Jalla (HR. Turmudzi).
Setiap manusia diberi modal oleh Allah dalam mengarungi kehidupan ini.  Modalnya adalah waktu, dan seberuntung-beruntungnya manusia adalah orang yang memanfaatkan waktunya untuk keuntungan dunia dan akhiratnya, sedangkan sebodoh-bodohnya manusia adalah orang yang menghambur-hamburkan modalnya (waktu) tanpa guna.
Setiap kali kita berbicara pasti menggunakan modal kita, yaitu waktu.  Maka, sebenarnya kemuliaan dan kehormatan itu dapat dilihat dari apa yang diucapkannya.  Allah SWT berfirman :"Amat sangat beruntung, bahagia, sukses, orang yang khusu' dalam sholatnya, dan orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh menahan diri dari perbuatan dan perkataan sia-sia." (QS Al Mu'minun 23: 1- 3), subhanallah.
Sahabat-sahabat sekalian, salah satu ciri martabat keislaman seseorang itu bisa dilihat dari bagaimana ia berjuang keras untuk menhindarkan dirinya dari kesia-siaan.  Maka semakin kita larut dalam kesia-siaan maka, akan semakin tampak keburukan martabat keislaman kita dan semakin akrab dengan bala bencana, yang selanjutnya hati pun akan keras membatu dan akan lalai dari kebenaran.  Rasulullah sendiri dengan tegas melarang kita banyak bicara yang sia-sia."Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berdzikir kepada Allah, sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan hari, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras." (HR. Turmudji)
Kita lihat banyak orang berbicara tapi ternyata tidak mulia dengan  kata-katanya.  Banyak orang berkata tanpa bisa menjaga diri, padahal kata-kata yang terucapkan harus selalu dipertanggung-jawabkan, yang siapa tahu akan menyeretnya ke dalam kesulitan.  Sebelum berkata, kita yang menawan kata-kata, tapi sesudah kata terucapkan kitalah yang ditawan kata-kata kita.  Rasulullah bersabda " Barangsiapa memperbanyak perkataan, maka akan jatuh dirinya.  Maka barangsiapa jatuh dirinya, maka akan banyak dosanya.  Barangsiapa banyak dosanya, maka nerakalah tempatnya". (HR. Abu Hatim).
Dari Sahl bin Sa'ad as Saidi, dia berkata:"Barang siapa menjamin bagiku apa yang ada diantara dua tulang rahangnya (lidah) dan yang ada diantara kedua kakinya (kemaluan), niscaya akan aku jamin surga baginya."(HR. Bukhari).
Dalam hadits lain Rasulullah bersabada; "Barangsiap menjaga dari kejahatan qabqabnya, dzabdzabnya, dan laglagnya, niscaya ia akan terjaga dari kejahatan seluruhnya."(HR. Ad Dailami)
Yang dimaksud qabqab adalah perut, Dzaabdzab adalah kemaluan, dan Laqlaq adalah lidah.
Maka tampaknya adalah menjadi wajib bagi siapapun yang ingin membersihkan hatinya, mengangkat derajatnya dalam pandangan Allah Ajjaa Wa Jallaa, ingin hidup lebih ringan terhindar dari bala bencana, untuk bersungguh-sungguh menjaga lisannya.  Aktivitas berbicara bukanlah perkara panjang atau pendeknya, tapi berbicara adalah perkara yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Ada sebuah kisah, suatu waktu ada seseorang bertanya tentang suatu tempat yang ternyata tempat tersebut adalah tempat mangkal "wanita tuna susila"."Dimana sih tempat x ?" Lalu si orang yang ditanya menunjuk ke arah
suatu tempat dan hanya dengan "Tuh !", lalu si penanya datang ke sana dan naudzubillah dia berbuat maksiat, di pulang, lalu dia sebarkan lagi kepada teman-temannya, lalu berbondong-bondong orang ke sana, berganti hari, minggu, dan tahun.  Maka setiap ada orang yang bermaksiat di sana, orang yang menunjukkan itu memikul dosanya, padahal dia hanya berkata : "Tuh !", cuman tiga huruf.  Setiap hari orang berzina di sana, maka pikul tuh dosanya, karena dia telah memberi jalan bagi orang lain untuk bermaksiat dengan menunjukkan tempatnya. Jadi waspada, dengan lidah, menggerakkannya memang mudah, tidap perlu pakai tenaga besar, tidak perlu pakai biaya mahal, tapi bencana bisa datang kepada kita.  Berbicara itu baik, tapi diam jauh lebih bermutu.  Dan ada yang lebih hebat dari diam, yaitu BERKATA BENAR.  "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam !" (HR. Bukhari Muslim).
Sebab lisanlah yang banyak memasukkan kita ke neraka. Rasulullah
bersabda :"Kebanyakan yang memasukkan ke neraka adalah dua lobang, yaitu : mulut dan fardji (kemaluan)" (HR> Turmudji dan Imam Ahmad). Sedangkan Imam Hasan berkata bahwa, "Tidak akan berarti agama seseorang bagi orang yang tidak menjaga lisannya". Beliau melanjutkan, bahwa :"Baiknya Islam seseorang adalah dengan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya".
Sumber : NN






Tidak ada komentar:

Posting Komentar