Rabu, 18 Januari 2012

Mengembangkan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Organisasi Kemahasiwaan


Hari ini dunia pendidikan di Indonesia kembali di ramaikan dengan wacana menggagas “pendidikan karakter”. Wacana ini di gagas oleh SBY pada saat perayaan hari pendidikan nasional 2010. Yang kemudian di tindak lanjuti oleh kementrian pendidikan nasional kala itu dengan menggandeng beberapa ahli dan perguruan tinggi untuk konsen pada proyek pendidikan karakter ini. tidak hany kemendiknas waktu itu, kementrian agama dan kementrian kebudayaan pun ikut berusaha menerjemahkan bagaimana konsep pendidikan karakter tersebut dengan tajuk pembangunan karakter bangsa. Akhirnya dibuatlah sebuah kebijakan oleh kemendiknas saat itu mengenai pendidikan karakter, kemudian kemendiknas membuat ciri bangsa yang berkarakter adalah, bangsa yang bergotong royong, patriotis, dinamis, berorientasi pada IPTEK serta dilandasi dengan jiwa ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Namun kebijakan yang ditelurkan oleh tiga kementrian tersebut masih bersifat normatif, abstrak dan sangat ideal. Seharusnya ada sebuah panduan konkrit implementasi pendidikan karakter tersebut. karena ketiga kementrian waktu itu ternyata mempunyai konsep masing-masing sehingga membuyarkan pendidikan karakter yang memang khas dan sesuai dengan bangsa Indonesia. Maka diperlukan sebuah formulasi khusus yang komperhensif tentang pendidikan karakter yang  memang sesuai dengan sosio-kultural Indonesia.
Namun sebenarnya pendidikan karakter bukan barang baru, hanya saja barang lama yang dikemas baru. Jika dilihat dahulu Soekarno pernah mengagas tentang Bangsa Indonesia Yang Berdikari, yaitu berdiri dengan kaki sendiri, artinya bangsa yang mandiri dan pekerja keras. Masih menurut Soekarno, dalam bukunya “di Bawah Bendera Revolusi”, di jabarkan tentang karakter yang harus melekat pada Bangsa Indonesia, yaitu karakter bangsa Indoinesia bukan karakter bangsa yang ngak-ngik-ngok, tidak punya jati diri dan terhegemoni oleh pihak asing. Jadi dapat disimpulkan karakter bangsa Indonesia adalah bangsa yang pekerja keras, tidak loyo, teguh pendirian, ramah, bergotong royong dan percaya pada kemampuan diri. Dan menurut pendapat saya, ini lah yang kiranya harus di bangun oleh sistem pendidikan kita jika ingin mengembangkan karakter bangsa pada setiap diri anak bangsa. Namun perlu dipahami bersama pendidikan karakter bukan terejawantahkan dalam sebuah kebijakan yang berupa kurikulum dan nantinya menjadi sebuah mata pelajaran baku di lembaga pendidikan formal, namun ia adalah sebuah hal yang harus terintegrasikan dalam sebuah proses pembelajaran, tidak hanya dalam tataran formal namun semua elemen bangsa Indonesia dari mulai pembuat kebijakan hingga masyarakat harus berperan serta dalam membangun karakter bangsa.
Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi (Hornby dan Panwell,1972:49); karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia); mempunyai watak, kepribadian (Kamisa,1997:281); kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat relative tetap (Dali Gulo,1982:29), dan akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (M. Furqon,2009:9).
Berdasarkan hal diatas, meskipun penulis masih terbatas dalam hal keilmuan, namun setidaknya ada beberapa hal yang coba ingin di kontribusikan untuk kemajuan bangsanya. Gagasan ini hanya gagasan sederhana tentang bagaimana peran sebuah Organisasi Kemahasiswaan dalam membentuk karakter mahasiswanya. Jika disimpulkan dari semua definisi yang ada tentang karakter maka dapat diambil beberapa nilai-nilai dari karakter, diantaranya amanah, kejujuran, kerja keras, ramah sikap saling menghargai terutama dalam perbedaan, solutif. Ini beberapa nilai yang penulis fahami yang harus menjadi karakter semua mahasiswa, utamanya para mahasiswa yang dikatakan “aktivis”. Karena secara tidak langsung aktifitas dalam organisasi itu akan membentuk karakter seseorang. Karena ini relevan dengan teori behavioristik, dimana lingkungan juga mampu mempengaruhi sifat dan karakter seseorang.
Karena dalam organisasi kita akan bertemu dengan banyak individu yang kemudian mempunyai perbedaan latar belakang, maka kita disana belajar untuk memahami, bersikap saling menghargai, terlebih ketika beradu pendapat, ternyata gagasan teman kita lah yang lebih di terima,maka disana terjadi pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam dinamika organisasi. Selain itu pun dalam dunia organisasi sungguh-sungguh dalam menjalankan amanah itu pun menjadi nilai lain dari karakter yang di dapat dari berorganisasi. Kemudian penumbuhan nilai-nilai karakter untuk mahasiswa lain pun bisa digagas melalui berbagai program dari organisasi tersebut, contoh paling sederhana adalah kegiatan pengabdian pada masyarakat, dimana melalui kegiatan itu kita belajar bagaimana bergotong royong, kemudian semakin menumbuhkan kepekaan terhadapa kondisi lingkungan sekitar.
Selain itu juga penciptaan budaya organisasi yang sehat, meruapakan cara kesekian dalam membentuk karakter mahasiswa, utamanya pengurusnya, dimana organisasi yang akuntabel kemudian transparansi menjadi sebuah karakter organisasi yang dengan sendirinya akan terinternalisasi ke dalam setiap diri pengurus minimalnya. Berdasarkan hal ini, sudah seharusnya institusi pendidikan tinggi mulai menggandeng organisasi untuk mengembangkan pendidikan karakter untuk mahasiswa, bukan hanya dalam kegiatan yang bersifat seremonial, macam seminar atau yang lainnya, namun sinergi ini dibentuk secara berkepanjangan, karena memang melalui sinergi ini akan terjadi simbiosis mutualisme, diamana institusi menginginkan mahasiswa yang mempunyai karakter dan siap berdaya saing, sedangkan organsasi membutuhkan mahasiswa untuk meneruskan estafeta kepemimpinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar