Rabu, 25 Januari 2017

FENOMENA BLAST (Boring, Lonely, Anger/Affraid, Stress, Tired) PADA REMAJA
(Bagian 1)

(sumber gambar: hanyalewat.com)

Akhirnya setelah sekian lama saya vakum menulis blog, alhamdulillah hari ini saya berkesempatan untuk kembali membuka blog yang sudah sekian lama mati suri. Tulisan ini lahir setelah saya mengikuti Rakernas dan Workshop MGBK Indonesia dari tanggal 20-21 Januari 2017. Dalam pertemuan tersebut panitia menghadirkan begitu banyak pembicara yang kompeten di bidang pendidikan. Dari sekian banyak pemateri yang hadir saya terkesan dengan pemaparan yang disampaikan oleh Dr. Netty Herawati, yang tak lain adalah istri dari Gubernur Jabar kang Aher. Dalam materi yang disampaikannya beliau lebih banyak membahas mengenai bidang yang selama ini beliau geluti yaitu dunia perempuan dan anak yang kemudian dikaitkan dengan peran Bimbingan dan Konseling dalam menangani masalah yang sering timbul pada perempuan dan anak, terutama di daerah Jawa Barat. Dalam salah materi yang disampaikan, beliau memaparkan mengenai Fenomena BLAST, atau singkatan dari Boring, Lonely, Anger/Affraid, Stress, Tired. Sebenarnya materi ini beliau kutip dari materi yang disampaikan Bunda Elly Risman, seorang psikolog yang konsen dengan anak dan orang tua. Apa sebenarnya Fenomena BLAST itu, dan apa pengaruhnya bagi remaja. BLAST seperti yang di sampaikan sebelumnya merupakan akronim dari Boring, Lonely, Anger/Affraid, Stress, Tired.
Boring (Remaja yang bosan), Kondisi ini terjadi salah satu faktornya karena orang tua yang berbicara “tanpa sadar” pada anaknya. Tanpa sadar disini maksudnya adalah orang tua acap kali berbicara dalam kondisi emosi yang tidak stabil, dikarenakan tuntutan pekerjaan atau kondisi rumah tangga yang labil sehingga kata yang diucapkan sekenanya saja bahkan kadang menjatuhkan psikologis anak. Berbicara tanpa sadar atau tidak sengaja memang efeknya tidak terjadi hari ini, namun jika kondisi ini terjadi berulang kali maka masa depan anak yang menjadi taruhannya, anak bisa jadi tidak memiliki kepercayaan diri, takut untuk mencoba sesuatu yang baru dan tidak mampu membuat keputusan sendiri. Faktor lain yang membuat anak Boring adalah orang tua yang tidak pernah melihat ke dalam dirinya (look in), mereka lebih banyak menuntut (look out) pada anaknya, tanpa berusaha memahami kondisi diri sendiri atau kondisi anaknya, sehingga menyebabkan anak berada dalam kondisi boring.
Lonely (Remaja Kesepian), kesepian disini bukan dalam arti sebenanya, namun kondisi ini terjadi karena keadaan rumah yang seperti “kuburan”, dimana semua anggota keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing. Orang tua yang bekerja berangkat pagi pulang malam, anak yang sekolah setelah itu mengikuti bimbingan belajar dan pulang dalam kondisi kelelahan. Tidak adanya komunikasi yang intens serta bimbingan dari orang tua hal ini menyebabkan anak mengalami kesepian secara psikis.
Anger/Affraid (Marah/Takut), kondisi dimana tidak adanya tawa dan canda dalam keluarga, orang tua bicara pada anaknya ketika ada perlu atau memarahi saja, Anak akhirnya mengalami kondisi marah akan keadaan tersebut, anak mengalami situasi dimana ia tidak mampu untuk mengungkapkan sesuatu, anak juga takut jika dikemudian hari ia melakukan sesuatu yang salah maka akan terkena kemarahan orang tuanya.
Stress (Tertekan), anak yang mungkin terbebani dengan kondisi kurikulum sekolah yang memberatkan, jam belajar yang panjang ditambah harus mengikuti pelajaran tambahan diluar jam pelajaran sekolah. Persaingan yang ketat dengan teman sebayanya dalam berprestasi, membuat anak menjadi tertekan akan kondisi tersebut.
Tired (Kelelahan), ini barangkali klimaks dari semua kondisi serba tidak nyaman yang remaja alami, mereka lelah dengan semua rutinitas yang ada, yang sejatinya bukanlah kemauan atau inisiatif diri sendiri, mereka lelah dengan kondisi orang tua yang hanya menuntut, orang tua yang tidak bisa memahami apa sebenarnya yang menjadi keinginan dirinya.
Sehingga remaja untuk membutuhkan media atau sarana untuk melampiaskan BLAST tersebut. Namun sayangnya terkadang remaja kebingungan dalam menyalurkan kondisi BLAST tersebut, sehingga ia mencari pelarian kepada hal-hal yang bersifat negatif. Diantaranya, kecanduan pornografi sebagai kompensasi dari sepinya kondisi rumah, serta terjerumus dalam kenakalan remaja.

Untuk media penyaluran serta solusi dari BLAST yang terjadi pada remaja akan saya sampaikan di artikel bagian kedua. Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar