FENOMENA BLAST (Boring, Lonely, Anger/Affraid, Stress, Tired)
PADA REMAJA
(Bagian 1)
(sumber gambar: hanyalewat.com)
Akhirnya
setelah sekian lama saya vakum menulis blog, alhamdulillah hari ini saya
berkesempatan untuk kembali membuka blog yang sudah sekian lama mati suri. Tulisan
ini lahir setelah saya mengikuti Rakernas dan Workshop MGBK Indonesia dari
tanggal 20-21 Januari 2017. Dalam pertemuan tersebut panitia menghadirkan
begitu banyak pembicara yang kompeten di bidang pendidikan. Dari sekian banyak
pemateri yang hadir saya terkesan dengan pemaparan yang disampaikan oleh Dr.
Netty Herawati, yang tak lain adalah istri dari Gubernur Jabar kang Aher. Dalam
materi yang disampaikannya beliau lebih banyak membahas mengenai bidang yang
selama ini beliau geluti yaitu dunia perempuan dan anak yang kemudian dikaitkan
dengan peran Bimbingan dan Konseling dalam menangani masalah yang sering timbul
pada perempuan dan anak, terutama di daerah Jawa Barat. Dalam salah materi yang
disampaikan, beliau memaparkan mengenai Fenomena BLAST, atau singkatan dari Boring, Lonely, Anger/Affraid, Stress, Tired.
Sebenarnya materi ini beliau kutip dari materi yang disampaikan Bunda Elly
Risman, seorang psikolog yang konsen dengan anak dan orang tua. Apa sebenarnya
Fenomena BLAST itu, dan apa pengaruhnya bagi remaja. BLAST seperti yang di
sampaikan sebelumnya merupakan akronim dari Boring,
Lonely, Anger/Affraid, Stress, Tired.
Boring
(Remaja yang bosan), Kondisi ini terjadi salah satu
faktornya karena orang tua yang berbicara “tanpa sadar” pada anaknya. Tanpa sadar
disini maksudnya adalah orang tua acap kali berbicara dalam kondisi emosi yang
tidak stabil, dikarenakan tuntutan pekerjaan atau kondisi rumah tangga yang
labil sehingga kata yang diucapkan sekenanya saja bahkan kadang menjatuhkan
psikologis anak. Berbicara tanpa sadar atau tidak sengaja memang efeknya tidak
terjadi hari ini, namun jika kondisi ini terjadi berulang kali maka masa depan
anak yang menjadi taruhannya, anak bisa jadi tidak memiliki kepercayaan diri,
takut untuk mencoba sesuatu yang baru dan tidak mampu membuat keputusan
sendiri. Faktor lain yang membuat anak Boring
adalah orang tua yang tidak pernah melihat ke dalam dirinya (look in), mereka lebih banyak menuntut (look out) pada anaknya, tanpa berusaha
memahami kondisi diri sendiri atau kondisi anaknya, sehingga menyebabkan anak
berada dalam kondisi boring.
Lonely
(Remaja Kesepian), kesepian
disini bukan dalam arti sebenanya, namun kondisi ini terjadi karena keadaan
rumah yang seperti “kuburan”, dimana semua anggota keluarga sibuk dengan
urusannya masing-masing. Orang tua yang bekerja berangkat pagi pulang malam,
anak yang sekolah setelah itu mengikuti bimbingan belajar dan pulang dalam
kondisi kelelahan. Tidak adanya komunikasi yang intens serta bimbingan dari
orang tua hal ini menyebabkan anak mengalami kesepian secara psikis.
Anger/Affraid
(Marah/Takut), kondisi dimana tidak adanya tawa dan canda dalam keluarga,
orang tua bicara pada anaknya ketika ada perlu atau memarahi saja, Anak akhirnya
mengalami kondisi marah akan keadaan tersebut, anak mengalami situasi dimana ia
tidak mampu untuk mengungkapkan sesuatu, anak juga takut jika dikemudian hari
ia melakukan sesuatu yang salah maka akan terkena kemarahan orang tuanya.
Stress
(Tertekan), anak yang mungkin terbebani
dengan kondisi kurikulum sekolah yang memberatkan, jam belajar yang panjang
ditambah harus mengikuti pelajaran tambahan diluar jam pelajaran sekolah. Persaingan
yang ketat dengan teman sebayanya dalam berprestasi, membuat anak menjadi
tertekan akan kondisi tersebut.
Tired
(Kelelahan), ini barangkali klimaks dari
semua kondisi serba tidak nyaman yang remaja alami, mereka lelah dengan semua
rutinitas yang ada, yang sejatinya bukanlah kemauan atau inisiatif diri
sendiri, mereka lelah dengan kondisi orang tua yang hanya menuntut, orang tua
yang tidak bisa memahami apa sebenarnya yang menjadi keinginan dirinya.
Sehingga
remaja untuk membutuhkan media atau sarana untuk melampiaskan BLAST tersebut. Namun
sayangnya terkadang remaja kebingungan dalam menyalurkan kondisi BLAST
tersebut, sehingga ia mencari pelarian kepada hal-hal yang bersifat negatif. Diantaranya,
kecanduan pornografi sebagai kompensasi dari sepinya kondisi rumah, serta
terjerumus dalam kenakalan remaja.
Untuk
media penyaluran serta solusi dari BLAST yang terjadi pada remaja akan saya
sampaikan di artikel bagian kedua. Terima Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar