“Gimana Kuliahnya ?
Bermasalah tidak?”
Itulah kata-kata yang meluncur pertama kali dari teman-teman, mengingat amanahku yang cukup bergensi dan memang kadang menyita waktu, tenaga juga pikiran, tak jarang juga materi. (meskipun banyak jarang nya). Atau pertanyaan yang baru-baru ini keluar dari salah seorang teman, “hey kamu nyalon lagi ?, gak bosen apa ?, gmn kuliahnya ?. dan aku pun hanya bisa menjawab dengan menyunggingkan senyuman. Dan tiap kali ditanya, maka jawaban ku pun akan tetap sama.
Bahkan yang paling “unik” adalah ketika aku coba posting “Fan Page” untuk dukungan mencalonkan, sebagai kandidat pimpinan lembaga eksekutif mahasiswa, di salah satu grup Facebook, dan di bawahnya ada komentar seperti ini
“geus we gambreng lah,, da jeung babaturan iyeuh,,,
daripada meakeun duit kas rema keur pemilu,, mending pake nu lain,, da eta mah babaturan lain? sa paham eta mh kan,, jadi mendingan gambrengan we meh tereh,,
kade deuih cing bener kuliah, bisi kaburu d DO,, maenya petinggi rema UPI lulusna telat,, mun jiga urg mh puguh da tukang ulin, lain aktivis,,,
hampura yeuh,, urg mh peduli ka ente sebagai adik tingkat urg,,”
awalnya memang sedikit dongkol, ah tapi setelah difikir kembali, ternyata masih ada yang peduli pada ku, bahkan komentar ini sampai di “Like” oleh dua orang teman yang lainnya. Namun yang agak sedikit membuat hati ini tergelitik adalah kenapa bahasa nya agak kurang enak di baca, bahkan kalau di dengar pun akan membuat kotoran di telinga berhamburan keluar..Upps… saya hargai betul bentuk kepedulian teman saya ini, meskipun aku tak tahu niat nya ikhlas atau tidak..
atau ketika awal masa kampanye, hp ku bordering, sejurus kemudian kulihat da nada pesan bahwa hari itu ada bimbingan, dan kuputuskan untuk menghubungi dosen pembimbing dan mengabari bahwa tidak bisa mengikuti bimbingan dan memohon kepada dosen tersebut untuk menggantinya dihari lain. Namun jawaban yang kuterima sedikit membuat hati tertegun, dan tidak bisa dipungkiri terbawa sampai saat kampanye, jadi ya gak bisa focus pada materi kampanye. Begini kira-kira jawaban smsnya : “kumaha dinya weh, mana nu leuwih utama”.
Banyak teman dan dosen yang kemudian mempertanyakan alasan kenapa harus kembali mencalonkan diri, ada yang mendukung, bahkan adik tingkat satu jurusan begitu semangat mendukung da nada yang mengatakan “akang saya bangga sama akang, bisa membawa nama jurusan, ayo semangat kang”. Dan banyak lagi bentuk dukungan yang kuterima dari teman-teman yang lain. Bahkan seorang guru besar yang juga dosen senior begitu mendukung, dan bahkan mendoakan diberikan yang terbaik, dan ketika pun busur amanah ini menghampiri diri ini sebagai tuannya, ia akan mendukung penuh. Atau peristiwa perjumpaan dengan salah satu pejabat di fakultas selepas sholat dzuhur tiga hari yang lalu dan mengatkan “bapak dukung, jika butuh bantuan silahkan hubungi bapak, jangan lupa sama kuliahnya”.
Tapi tak jarang cibiran yang diterima, bahkan dari teman dekatpun, dan mereka beranggapan tak penting dengan amanah ini, yang cepat lulus kuliah dan dapat pekerjaan. Kadang sebagai manusia, tak jarang juga merasa sakit hati, ah namun akhirnya diri ini kembali berfikir ulang, dan mengatkan bahwa mereka yang mencibir tidak tahu, atau belum tahu, bahkan belum faham mengapa saya harus kembali ikut bertarung dalam pemilihan pimpinan lembaga eksekutif mahasiswa.
Baik, tulisan ini adalah bentuk klarifikasi terhadap semua pertanyaan yang muncul hari ini, terutama untuk semua kalangan dijurusan dimana saya menuntut ilmu. Baik yang pertama, yang hendak saya katakana adalah ucapan terima kasih kepada semua kalangan yang begitu peduli, segala dukungan dan cibiran ku anggap sebagai bentuk perhatian mereka kepada ku. Kedua, saya ingin mengatakan bahwa kadang apa yang saya fikirkan dan rencanakan tidak sama dengan apa yang anda fikirkan, begitu pun sebaliknya. Saya hari ini melakukan hal ini mempunyai alasan, dan terlalu panjang jika disampaikan disini.namun satu hal, bahwa saya hanya ingin memastikan bahwa di kampus ini masih ada orang yang peduli pada nasib kawannya yang lain, nasib mereka yang tidak seberuntung kita, mereka yang harus merangkak hanya untuk bisa mengenyam bangku kuliah dan merencanakan masa depan yang lebih baik. Saya hanya ingin memastika bahwa masih ada mahasiswa yang begitu peduli pada kampusnya, Karena hari ini, kita harus tetap melakukan pengawalan terhadap semua kebijakan dari kalangan pejabat kampus, karena tak jarang itu merugikan beberapa pihak termasuk kita mahasiswa, saya hanya ingin berkontribusi terhadap perbaikan bangsa ini, meskipun hanya secuil, saya hanya tidak ingin menjadi seorang mahasiswa yang pandai bicara tanpa perbuatan nyata, yang hanya bisa mengatakan “aduh kasian dengan si fulan”, tapi tak jua melakukan gerakan untuk sekedar meringankan beban. DAN SAYA INGIN TEGASKAN, INILAH JALAN YANG SAYA PILIH DAN SAYA TELAH SIAP DENGAN KONSEKUENSINYA. Jadi mari kita saling memahami, akan jalan yang hari ini kita tempuh, selama itu untuk kebaikan janganlah kita saling mencibir, bukankah ilmu yang kita pelajari hari ini pun mengatakan demikian. Bahwa setiap individu itu unik, maka kita juga harus pandai-pandai dalam memahaminya. Bukankah juga kita diajarkan tentang jangan terlebih dahulu menghakimi seseorang, padahal kita belum mengetahui latar belakang individu melakukan suatu hal. Atau kita mungkin pernah belajar mengenai “populasi khusus”, nah jika anda semua merasa bahwa saya adalah individu yang berpotens namun sedang membutuhkan bantuan, maka tolong berikan bantuan itu bagi saya. Tapi jika tidak maka saya yang akan merumuskan hal itu, agar kelak kemudian hari tak ada lagi yang mendapat penghakiman, karena ia berbeda dengan kondisi kebanyakan.
Mengenai kuliah dan lulus, saya TEGASKAN, BAHWA SAYA AKAN LULUS, KUDU LULUS, dan PASTI LULUS. Karena saya sadar ini pun amanah, dan ini pun berbicara tentang masa depan saya nantinya. Namun alangkah sempitnya jika kita menilai bahwa masa depan kita hanya ditentukan oleh seberapa cepat kita lulus kuliah dan berapa IPK kita. Saya tegaskan, bukan itu.jadi mari kita saling memahami, dari hal terkecil sampai hal paling besar, mari kita saling menghargai terhadap perbedaan dan jalan hidup yang kita tempuh saat ini, selama itu tidak menyalahi pedoman Allah Swt, maka tak ada hak untuk kita saling menghakimi. Namun jika salah tolong ingatkan saya, dan dengan cara yang santun, bukankah itu yang di ajarkan oleh agama kita (islam). Dan satu hal yang belum anda semua ketahui bahwa jalan yang saya pilih ini, juga atas restu dari orang tua. !!!
Bismillah.Maaf sebelumnya klo boleh saya ikut berkomentar atas postingan kang riky ini.
BalasHapusSetelah baca postingan kang riky entah kenapa rasanya semangat saya seolah-olah kembali tumbuh ditengah2 kekecewaan saya sebagai mahasiswa yg mendapatkan IP kuliah kurang memuaskan di semester ini dan hal itu membuat saya terus menrus memikirkannya. Tapi ternyata setelah baca postingan kang riky diatas ternyata masalah mahasiswa yg sebenarnya yg harus lebih dipikirkan selain masalah nilai/IP adalah bgaimana kontribusi kita sebagai mahasiswa terhadap kampus khususnya terhadap teman2 mahasiswa yg lain dan usaha untuk mengkritisi birokrat2 kampus yang 'nyeleneh' dalam menjalankan amanahnya.
Apa yang kang riky katakan, saya sangat sepakat. Apabila saya berada di posisi kang riky mungkin saya sudah mundur ketika 'celetukan2' itu meluncur dari berbagai pihak dan saya akan mrasa dibunuh karakternya oleh mereka.Tapi ternyata kang riky sangat berani menghadapi semua itu, sangat positve thingking terhadap semuanya. Hal dan sikap seperti itulah yang akhirnya dibutuhkan oleh seorang mahasiswa sebenarnya khususnya saya. Tidak hanya melulu berorientasi pada nilai, cepat lulus atau pekerjaan seperti apa yang akan diperoleh.
Haturnuhun kang kanggo postingan na.
Apa yang kang riky lakukan saat ini hanya kang riky sendiri yang lebih tahu alasannya karena kang riky lah yang paling tahu kebutuhan dan tujuan hidup kang riky...
assalamu'alaikum...
BalasHapusalhamdulillah jika ternyata tulisan saya bermanfaat juga. semoga kita bisa terus berkontribusi, meskipun di tengah cibiran dan pujian, karena kontribusi ini u/ Allah dan kemaslahtan umat. untuk teh dini semangat..Insya Allah masa depan kita, bukan orang lain yang menentukan, tapi kita lah yang merangkainya, agar semuanya menjadi indah...
semangat berkontribusi