Sejenak, mari kita ingat bagaimana Garuda di hancurkan di kandang Harimau malaya, bagaimana para pemain Indonesia seperti kehilangan semangat, kaki-kaki mereka rasanya berat untuk berlari dan mengejar bola, ah, jangankan mengejar bola, ataupun berlari untuk sekedar melangkahpun mereka rasanya sangat sulit. Berdeda dengan para pemain Timnas Malaysia, yang dengan begitu gigih, pantang menyerah, penuh motivasi, dalam bermain sehingga hasilnya pun kemenangan.
Memang ada faktor teknis ataupun non teknis yang menyebabkan Timnas Garuda kalah, mulai dari dipolitisasinya timnas, mereka diajak ke Ceremony, yang sebenarnya tidak ada kaitan langsung dengan sepak bola, sorotan media masa yang sangat berlebihan, padahal Timnas belum juara, ingat ini hanya piala AFF, yang bahkan dalam kalender turnamen FIFA pun tidak masuk hitungan. Selain itu bagaimana tindakan tidak terpuji dari suporter Malaysia, terhadap Timnas Garuda, menyebabkan Timnas Garuda, kalah sebelum bertanding, teror mental yang diberikan publik sepak bola malaysia terhadap Timnas Garuda, menunjukan hasil yang luar biasa, bagaimana seorang Markus Horison, mengajak rekan-rekan yang lain untuk Walk Out dari pertandingan, padahal menurut hemat saya, seharusnya Markus tidak perlu merisaukan itu, karena toh, wasit pun sudah berulang kali mengingatkan panitia lokal terkait gangguan sinar laser. Dan ternyata pasca pertandaingan dihentikan, mental dan fisik pemain Timnas Garuda, malah tidak kunjung membaik, bahkan bisa dikatakan terpuruk, bagaimana dalam waktu tidak kurang dari 15 menit, gawang Timnas Garuda di berondong tiga gol, yang dua diantaranya kesalahan dari pemain yang sudah mengalami penurunan semangat, kondisi fisik dan mental yang sudah diambang batas minimal.
Tapi coba kita lupakan sisi kelam Timnas Garuda, ada sebuah fakta menarik ketika pertandingan Leg pertama Final Piala AFF 2010 silam, mari kita mulai dari seorang Irfan Bachdim, ia tentunya kita hafal siapa dia, irfan adalah pemain Timnas Garuda, keturunan Belanda, yang dengan kekuatan tekad, semangat pantang menyerah, meskipun pernah ditolak oleh dua tim besar di liga super, pernah ditolak juga oleh timnas U-23 kala itu yang sedang dipersiapkan untuk Sea-Games di Doha tahun 2006, tapi karena kekuatan tekadnya akhirnya Irfan mendapatkan impiannya, untuk berseragam Timnas, ya itu karena kekuatan tekad dan sikap pantang menyerah pada keadaan. Saat leg pertama lalu, ia diturunkan sebagai pemain pengganti di pertengahan babak kedua, dan ternyata setelah Irfan turun gelanggang, permainan Timnas menunjukan grafik yang baik, berkali-kali pergerakannya harus di jatuhkan oleh pemain lawan. Kemudian ada, satu lagi pemain Timnas kala itu yang bisa disebutkan meraih kemenangan, meskipun secara tim kalah, ya dia adalah Arif Syuyono. Arif Suyono dan Irfan Bachdim telah memenangkan pertandingan itu, Arif, meskipun sering diturunkan sebagai pemain pengganti, tapi kemudian dia memberikan kontribusi maksimal di setiap penampilannya, dia tidak peduli, apakah dimainkan sebagai starter, atau pemain pengganti, apakah dimainkan di babak pertama, atau babak kedua, tapi dia memberikan kontribusi terbaik demi timnas, demi bangsanya. Terbukti ketika melawan Thailand, dia lah yang bisa memberikan warna yang berbeda pada permainan Timnas. Dan ternyata sekali lagi, Arif memberikan kontribusi paling optimal saat itu, selain memang ia memiliki skill yang mumpuni sebagai pemain sepak bola, tapi jauh dari itu ia memiliki kemenangan mental, ia dia unggul secara mental dibanding pemain Timnas yang lain, dia tampaknya tidak terpengaruh dengan teror yang diberikan oleh publik Malaysia, dia pun tidak peduli dengan kekalahan Timnas saat itu, yang terpenting bagaimana dirinya bisa memberikan kontribusi sampai batas maksimal yang ia bisa lakukan, dia berlari, mengejar bola, dan ternyata jumlah tendangan bebas yang dimiliki oleh Indonesia setelah Irfan dan Arif masuk, semakin bertambah, bahkan ada sebuah peluang hasil kerja sama Irfan dan Arif yang membahaykan dan hampir berbuah gol. Itulah dua pemain Timnas Garuda yang meraih kemenangan meskipun secara Tim memang Timnas kalah.
Namun sehari sebelum pertandingan ada kejadian yang tak kalah luar biasanya, saat itu kedua pelatih di wawancara oleh wartawan di dua tempat yang berbeda, saat itu pelatih malaysia ditanya oleh wartawan mengenai target pertandingan untuk Timnya, dengan lantang dia menjawab Malaysia akan menang dengan skor tiga kosong, dan ternyata itu terjadi, bahkan tidak hanya pelatih, seluruh pemain dan publik malaysia pun mematok kemengan tiga kosong, dan itu terbukti. Namun berbeda dengan pelatih Timnas kita, yang saat ditanya ia, hanya menjawab kami akan memberikan permainan yang maksimal pada pertandingan final leg Pertama ini dan ternyata, ia memang Timnas bermain maksimal, tapi kemudian mereka bermain seperti tanpa tujuan, mereka seperti kehilangan apa yang seharusnya mereka capai dalam pertandingan leg Pertama ini. Dan apa yang membedakan antara Timnas Garuda dengan Malaysia, ia ternyata kejelasan visi, kejelasan tujuan lah yang ternyata membuat Malaysia bisa memenangkan pertandingan final leg pertama.
Dan dari seorang Rajagopal lah, hari ini kita belajar mengenai hakikat sebuah kejelasan tujuan yang ternyata akan membuat semua ikhtiar kita akan mengupayakan untuk sampai pada tujuan yang telah ditetapkan di awal. Ya ternyata kita harus memulai dari apa yang ingin kita selesaikan, memulai dari goal yang ingin dicapai. Pun hal nya sama dalam kehidupan kita, terkadang orang bingung ketika ditanya apa tujuan anda, apa visi hidup anda, sehingga orang tersebut hidup dan berjalan tanpa arah yang jelas, hidup mereka pun hanya sekedarnya, kerja-kerja nya pun tidak optimal, setiap perkataannya pun hanya wacana semata, tanpa ada solusi konkrit. Ia maka kejelasan visi, kejelasan tujuan lah yang akan menjadi pembeda setiap orang, bagi yang telah mempunyai visi yang jelas, nyata dan rasional maka dengan mudah ia akan menciptakan jalan untuk mencapai goal nya tersebut, dan jika pun tidak ada jalan yang dapat membuat kita sampai pada tujuan kita, maka dengan semangat yang membara dan tekad yang membaja, orang yang telah menemukan kejelasan visi akan berusaha membuat jalan tersebut, hingga ia sampai pada tujuannya itu, Ya, ia akan menjadi pembuka jalan bagi orang lain untuk sampai pada tujuanya.
Beda lagi dengan sosok Irfan dan Arif, dari keduanya kita belajar untuk menjadi manusia yang penuh dengan semangat, ikhlas dalam berjuang, mereka tidak peduli akan posisi atau berapa menit mereka bermain, yang mereka pikirkan adalah, lakukan sebaik mungkin, jaga kepercayaan yang telah disematkan dipundaknya, dan bermain dengan penuh motivasi dan keyakinan yang menjadi kunci sukse mereka, itulah yang menjadi pembeda dengan pemain Timnas yang lain. Pun halnya sama diri kita hari ini, seperti apapun diri kita, apapun posisi kita dan bagaimanapun keadaan diri kita, maka berikan amalan yang terbaik, karena itulah yang kemudian menjadi pembeda antara kita (aktivis) dengan yang lain, maka tak salah jika kita berkaca pada filosofi air yang suci lagi mensucikan, bergerak untuk menghidupkan, mengalir untuk kebaikan, memancar dengan kekuatan, dikelola menjadi energi bagi kehidupan. Atau tentunya kita mungkin mengetahui ayat ini :
Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul Nya, serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu...”(At Taubah : 105).
Maka dari ayat Al Qur’an dan apa yang telah dilakukan oleh Arif dan Irfan, kita sekali lagi mendapatkan pelajaran akan keihlasan, bekerja dan beramal karena Allah semata. Lakukan apa saja asalkan itu baik untuk umat, baik dan itu diridhoi oleh Allah. Manusia harus lah mempunyai semangat yang membara, tak kenal kata putus asa, lakukan dan berikan apa yang bisa dilakukan dan dipersembahkan, karena jika kita ikhlas, maka Allah akan memberikan balasan pahala yang luar biasa.
Kejelasan Visi, serta kemauan untuk mencapainya, semangat yang membara serta tekad yang membaja, merupakan sebuah keharusan yang sudah selayaknya dimiliki oleh setiap diri kita, yang dipundak kita lah tersemat berbagai amanah, di tangan kita lah ternyata nasib umat ini ditentukan, bahkan lebih jauh lagi nasib bangsa kedepannya merupakan tanggung jawab kita (Red:Pemuda). Selamat berjuang dan terus belajar memaknai kehidupan. Moga bias lebih baik, memberi yang terbaik, mendapatkan dan menjadi yang terbaik. Wallahu A’lam.
Al Akh_90 (Al Akh_El Garuty)
*) Refleksi pasca piala AFF 2010, semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar